Ekspresi budaya Indonesia selalu memiliki makna simbolis yang unik dan bernilai seni yang tinggi bagi masyarakat. Keunikan yang indah itu merupakan salah satu pembentuk karakter bangsa Indonesia yang membedakan kita dengan bangsa lain sehingga dapat menjadi identitas dan jati diri bangsa. Begitu pula dengan Batik. Batik menjadi elemen penting dalam pengembangan negara. Pengertian Batik sendiri telah ditetapkan UNESCO yakni proses penulisan gambar atau ragam hias pada media apapun dengan menggunakan lilin batik atau yang biasa disebut dengan malam sebagai alat perintang warna. Malam diaplikasikan pada kain untuk mencegah penyerapan warna pada saat proses pewarnaan.
Batik menjadi kerajinan yang memiliki nilai
seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya bangsa kita. Tak jarang,
sampai sekarang di acara-acara adat seperti pernikahan terutama Etnis Jawa,
selalu identik dengan mengenakan batik. Seragam pegawai pun di desain dengan
menggunakan kain bermotifkan batik.
Masyarakat Jember tentu haruslah bangga. Selain dikenal dengan Jember
Fashion Carnaval-nya, Jember mempunyai ciri khas yang mampu dilukiskan dengan
indah melalui Batik.
Popularitasnya pun tak kalah dengan Batik dari daerah-daerah lain.
Salah satu motif yang ditonjolkan ialah motif daun tembakau, sebagai icon kota
Jember.
Konsumennya mulai dari masyarakat, wisatawan, sampai pejabat dan artis
Ibukota.
Nah.. Ada apa dibalik Eksotika Batik Jember?
Nama “Rolla”
diambil dari nama ayahanda dari pemilik Rumah Batik Rolla.
Bapak Rolla yang
merupakan produsen exportir tembakau, sudah tidak ada sejak pemilik masih
kecil, ia yang seharusnya menjadi
penerus usaha tembakau ayahnya, belum mampu menguasai pengelolaan usaha
tembakau. Sehingga terpikir untuk memanfaatkan peluang yang ada melalui usaha Batik
Jember.
Berdasarkan
pembuatannya, batik dibedakan menjadi 3, diantaranya Batik Tulis, Batik Cap,
dan Batik Kombinasi Cap dan Tulis. Bahkan saat ini adapula motif batik diatas
kain yang disusul dengan pewarnaan sebagaimana proses sablon, dikenal dengan
nama Batik Print.
Pada proses awal
pembuatan Batik, kain yang akan diberikan pola dicuci terlebih dahulu dengan
menggunakan detergen. Kemudian setelah kering, bisa digambarkan pola sesuai
kreativitas pembuatnya. Penggambaran pola dilakukan mulanya di kertas HVS untuk
menentukan besaran pola dan pola yang dirancang pada kain. Kemudian pola yang
sudah dipastikan untuk digambar, dituangkan dalam kertas kalkir. Kertas kalkir
berukuran lebih besar sehingga pengembangan pola pun bisa terlihat lebih jelas.
Ciri khas dari
pola Batik Jember yang dibuat biasanya adalah motif tembakau yang dikembangkan
dengan sulur tangkai, buah naga, kopi, kakao, dan produk-produk unggulan
kabupaten Jember lainnya.
Setelah pola pada
kertas kalkir sudah selesai digambar, proses selanjutnya yakni disalin pada kain.
Jenis kain yang digunakan Rumah Batik Rolla yakni kain katun primisima dan kain
sutera.
Pada proses kedua
saya diajak ke ruangan membatik. Kain yang sudah selesai diberikan pola tadi,
dilukis dengan malam yang telah dipanaskan. Melukisnya pun menggunakan canting
dan harus hati-hati agar tidak terkena panasnya malam yang dicairkan. Malam digunakan
sebagai alat perintang warna guna mencegah penyerapan warna pada saat proses
pewarnaan. Sehingga dapat membantu menutup bagian kain yang tidak akan
diwarnai.
Perlu diketahui
juga bahwa membatik ini harus satu arah. Dibutuhkan kesabaran extra serta
ketelitian dalam mengisi pola batik.
Proses
selanjutnya yakni proses pewarnaan. Pada proses pewarnaan ini dilakukan dengan
menggunakan kuas. Besar-kecilnya kuas yang digunakan disesuaikan dengan ukuran
gambar pola yang akan diberikan warna. Kualitas batik juga ditentukan oleh
kombinasi warna yang baik dan bahan pewarnaan yang berkualitas dan tidak mudah
luntur. Imajinasi saat memadukan warna sangat diperlukan, terutama untuk
kombinasi warna gelap dan warna terang yang disesuaikan dengan pola motif dan
gambar. Dalam proses pewarnaannya pun juga harus teliti agar tidak melewati
bagian warna pola yang lain.
Setelah melalui
proses pewarnaan, kami menuju tempat penglorotan kain batik.
“Nglorot” artinya
merebus kain. Hal ini dilakukan agar malam atau lilin bisa larut dan lepas.
Ruangan yang
digunakan pada proses ini juga harus tertutup dari sinar matahari agar warna
kain batik yang dilorot dan diwarnai juga tidak berubah.
Kain batik yang
direbus menggunakan air panas, juga ditambahkan abu soda untuk meningkatkan
kecepatan dalam menghilangkan malam. Dan pada proses pewarnaan menggunakan air
aki untuk membantu menimbulkan warna kain batik.
Proses akhir
ialah pencucian dan pembuangan. Kain batik setelah dilakukan pewarnaan dan
penglorotan dicuci dan dibilas 4-7 kali pada air bersih dan tempat yang
berbeda. Kemudian air cucian sebelum dibuang, dinetralisir terlebih dahulu agar
tidak menjadi limbah yang membahayakan lingkungan. Dalam sehari Rumah Batik
Rolla bisa menghasilkan 20-30 kain yang sudah diwarna dan dilorot.
Adapun Batik Cap
yang diproduksi oleh Rumah Batik Rolla.
Dahulunya
membatik memang merupakan mata pencaharian eksklusif bagi kaum perempuan. Namun
sejak adanya batik cap yang menggunakan alat berat, memungkinkan adanya tenaga
kerja lelaki juga turut serta melestarikan batik.
Batik cap
menggunakan alat kerja yang dinamakan canting cap. Canting cap telah dibentuk
pola pada tembaga yang khusus dipesan dari Pekalongan. Saat ini Rumah Batik
Rolla telah memiliki kurang lebih 50 jenis canting cap dengan pola yang
berbeda. Diantaranya pola canting cap JFC (Jember Fashion Carnaval) yang
menggambarkan orang dengan sayap, dan ada pula canting cap petani tembakau yang
menceritakan proses penanaman tembakau oleh petani Jember. Jadi melalui pola
batik tersebut Batik Rolla juga turut mempromosikan ciri khas Kabupaten Jember.
Sama seperti
batik tulis, batik cap juga menggunakan malam sebagai alat perintang warna.
Hanya saja perbedaannya selain pada canting, terletak juga pada alat yang
digunakan. Yakni menggunakan wajan khusus untuk mencairkan malam yang terbuat
dari tembaga dan berukuran lebih besar, serta suhu panas yang dibutuhkan berkisar
360 derajat celcius.
Motif batik cap
juga bisa disesuaikan dengan selera maupun pesanan konsumen, misalnya untuk
pembuatan seragam yang membutuhkan 50-100 kain batik. Namun pemesanan pun harus
dilakukan jauh-jauh hari, karena pembuatan canting cap sendiri memakan waktu
sekitar 1-2 minggu.
Semakin berkembangnya zaman dan teknologi tak menjadikan batik
terlihat kuno, justru sentuhan indah motif batik yang biasanya ada pada kain,
juga dibuat di berbagai macam interior ruangan, trend fashion dan accecoris, sepatu,
tas, jam tangan, dll. Motif-motif batik dan produk batik Jember ini dirancang
modern sehingga cocok juga untuk semua kalangan. Baik orang dewasa, remaja,
maupun anak-anak. Untuk kisaran harga batik cap dipatok dengan harga Rp
110.000,- sedangkan batik kombinasi cap dan tulis dipatok dengan harga Rp
250.000,- sampai Rp 350.000,- Dan untuk batik
tulis harganya relatif lebih mahal, tergantung tingkat kerumitan motif batik
tulis dan kombinasi warna yang menarik.
Motif terbaru
seperti motif edamame, motif naga yang dipercaya sebagai simbol keberuntungan,
dan motif sepeda serta motif batik trill yang mendukung komunitas otomotif juga
tersedia.
Rumah Batik Rolla
saat ini memiliki 150 orang pekerja.
Tenaga kerja di
Rumah Batik Rolla rata-rata perempuan. Berasal dari ibu-ibu dharmawanita dan
sebagian tenaga kerja laki-laki yang telah dibekali pelatihan khusus.
Selama ini Batik
Rolla juga telah menyelenggarakan berbagai macam pelatihan membatik dan
pembuatan tas bersama ibu-ibu dharmawanita, anak-anak, dan mahasiswa.
Dari usaha Ibu
Irin yang sudah berdiri sejak tanggal 26 Februari 2010 ini, hingga sampai saat
ini Batik Rolla tidak hanya memiliki outlet di Jember, namun juga berkembang di
luar kota yakni 2 outlet di Surabaya dan 1 outlet di Jakarta. Harapannya Batik
Jember bisa bersaing di kota-kota besar, di satu sisi Ibu Irin juga turut serta
memperkenalkan potensi Jember melalui Batik.
Dalam hal distribusi,
pada mulanya Ibu Irin sebagai Koordinator Bidang Kamar Dagang dan Industri
(KADIN) Jember hanya turut memasarkan Batik Jember dari Sumberjambe, kemudian
pada tahun 2009 beliau memutuskan untuk membuat usaha mandiri. Termotivasi dari
banyaknnya masyarakat sekitar yang terjerat rentenir, Ibu Irin ingin membantu
masyarakat dengan membuka lapangan pekerjaan guna meningkatkan perekonomian
Jember.
Beberapa
penghargaan yang sudah diterima hingga saat ini diantaranya Penghargaan dari
Ibu Nina Soekarwo sebagai Pelestari Budaya No.3 se-Jawa Timur, Sertifikat Batik
Tulis dari Lembaga Batik Yogjakarta, dan penghargaan-penghargaan lain dari
lembaga Pendidikan seperti Universitas, Politeknik, dll.
Harapannya
Pemerintah dapat memberikan dukungan dalam mensosialisasikan produk-produk dan
potensi daerah lokal yang ada. Misalnya pada Pameran besar, sehingga para
produsen bisa mengukur tingkatan kualitas produk mereka dan terus meningkatkan
inovasi-inovasi sehingga mampu bersaing dalam skala lebih luas.
Masyarakat perlu
menyadari bahwa melestarikan kebudayaan bangsa merupakan kewajiban bersama.
Perempuan pun diharapkan juga dapat mandiri. Mampu turut serta berperan dalam
memberdayakan potensi daerah. Semangat Ibu Irin patut kita apresiasi bersama.
Semoga
inovasi dan upaya dari Rumah Batik Rolla Jember bisa menginspirasi kita semua
agar tetap mencintai produk dalam negeri dan melestarikan warisan kebudayaan
Indonesia.
UNESCO pada tanggal 2 Oktober,
2009
telah menetapkan Batik Indonesia sebagai Warisan Kemanusiaan
untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible
Heritage of Humanity)
0 komentar: on "Mengenal Jember Lebih Dekat, Melalui Warisan Kebudayaan Batik"
Posting Komentar