Senin, 23 Desember 2013

Menelaah Sejarah Bangunan Masjid Kuno di Jantung Kota Jember


Apa yang anda pikirkan, terutama bagi umat Islam ketika melakukan ibadah di Masjid Jami’Al Baitul Amien Jember yang terletak di Jantung Kota Jember?
Dibalik keberadaannya sebagai tempat melakukan ibadah dan kegiatan agama Islam, Masjid tersebut menyimpan banyak makna pada arsitektur bangunannya, bahkan menjadi bukti sejarah kuatnya persatuan masyarakat Jember.
Masjid Jami’ Al Baitul Amien Jember terdiri dari dua bangunan masjid yang dipisahkan oleh jalan protokol jurusan Jember-Surabaya. Bangunan Masjid lama dibangun sejak zaman kolonial Belanda pada tanggal 19 Desember 1894 dengan luas 2.760 meter persegi. Masjid ini pernah mengalami renovasi pada tahun 1939 sebelum perang dunia II. Sedangkan bangunan masjid yang baru dibangun di atas tanah wakaf seluas 9.600 meter persegi dan diresmikan pada tanggal 3 Mei 1976 oleh Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia pada saat itu.
138761755714835361
Hal ini diungkapkan oleh Bapak Moh.Ihsan selaku pengurus masjid Jami’ Al Baitul Amien Jember. Beliau menceritakan gagasan awal mula dibangun masjid jami’ baru, karena pada tahun’70an setiap kali ibadah sholat jumat, jumlah jamaah di masjid jami’ lama meluber sampai ke jalan. Sehingga Bupati Jember saat itu yakni Letnan Kolonel Abdul Hadi berinisiatif memperluas dan membangun masjid yang baru, terletak bersebelahan dengan masjid jam’lama yang terletak di sebelah barat alun-alun kota Jember. Gagasan tersebut diungkapkan dalam suatu Khutbah Idul Adha tahun 1972, dimana Bupati menguraikan betapa pentingnya menggalang persatuan dan kesatuan, antara unsur Pemerintah dan Ulama. Meski dulunya Kabupaten tidak menyimpan dana lebih, namun pembangunan secara gotong royong dari masyarakat. Seperti diambilkan dari zakat atau shodaqah dari padi, dimana Jember mempunyai 80.000 HA sawah yang ditanami padi, dan tiap hektarnya waktu itu dapat menghasilkan lebih kurang 5 - 6 ton gabah, itupun satu tahun dapat dua kali panen.
Seluruh ulama mendukung dan menyepakatinya dengan persetujuan tertulis, kemudiandisampaikan ke DPRD Jember, yang juga setuju pada akhirnya. Hal ini pun mendapat restu dari Gubernur Jawa Timur, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Agama pada saat itu yang dituangkan dalam Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kabupaten Jember No. Sek./III/40/1972 tanggal 25 Oktober 1972, bertepatan dengan Peringatan Nuzulul Qur’an tahun 1972 kemudian dibentuklah Panitia Pembangunan Masjid. Mengingat pengumpulan dana pembangunan Masjid Jami’ melibatkan seluruhpenduduk di Kabupaten Jember, maka Kepanitiaan Pembangunan diteruskan sampai di tingkat Kecamatan dan desa. Di tiap desa, membuat Putusan Desa melalui Rembug Desa, tentang kesepakatan membantu Pembangunan Masjid Jam’ Jember, berupa gabah 1 (satu) kwintal per hektar pada dua musim panennya.
Dalam pemilihan nama masjid pada waktu pembangunan, sempat menjadi perdebatan. Beberapa usulan nama seperti Al Falah yang artinya petani, karena pembangunan masjid merupakan hasil dari gotong royong para petani Jember, adapula usulan nama Baitul Makmur yang berarti suatu tempat menuju surga, bahkan adapun yang mengusulkan nama Al Hadi, karena pembangunan masjid merupakan inisiatif Bupati Abdul Hadi. Namun pada akhirnya diputuskan bersama oleh para ulama, terutama berdasarkan usulan KH. Ahmad Shiddiq untuk memberikan nama masjid Al Baitul Amien, yang mempunyai arti sebagai rumah yang dijaga oleh Allah.
Setelah menemukan nama yang sesuai, dipilihlah lokasi pembangunan masjid.Penentuan lokasi Proyek Pembangunan Masjid menjadi masalah tersendiri karena konsep bangunan masjid memerlukan tanah yang luas sehingga ada yang mengusulkan di tempatkan di sekitar Sembah Demang untuk memperoleh tanah dan lokasi yang luas dan tinggi, ada yang mengusulkan ditempatkan tanahnya H.Salim Arifin (sekarang ditempati Kantor Telkom ) dekat dengan Pasar Tanjung agar jamaahnya menjadi banyak dan sebagian lagi menghendaki bangunan masjid tersebut hendaknya tetap di pusat kota dengan membongkar Masjid yang lama. Pendapat terakhir ini mendapat tantangan dari seorang tokoh Ulama, beliau tidak menyetujui renovasi masjid tersebut dengan membongkar masjid yang lama karena menghilangkan jariyah orang orang terdahulu. Akhirnya Bupati Abd. Hadi selaku Ketua Panitia Pusat Pembangunan Masjid Jami’ Jember mengambil jalan tengah yaitu bahwasanya Proyek Pembangunan Masjid Jami’ Jember diletakkan di tengah kota disamping masjid yang lama, ( tanpa membongkar masjid lama) dengan cara membeli tanah dan rumah sederetan toko-toko dipinggir Jl Raya Sultan Agung, membeli rumah rumah huni diatas tanah pengairan dekat sungai Jompo, membeli tanah di Arjasa untuk mengganti dan memindahkan tanah dan rumah dinas / Kantor Pembantu Bupati Jember Kota, dan memindahkan selokan penggelontor yang tadinya di tengah tanah proyek ke pinggir jalan atau pinggir proyek Masjid Jami’ Jember.
Untuk konsep Bangunan Masjid Jami’ Al Baitul Amien Jember ini pun, pemerintah menunjuk arsitek dari tamatan California yakni Yaying K. Keser A.I.A, Jakarta.
Beberapa alasan yang menjadi landasan dari bentuk arsitektur masjid jami’ al baitul amien Jember yakni Dipilihnya bentuk bundar (segmen bola), yang menggambarkan meluasnya kebutuhan seluruh umat manusia tanpa dibatasi dengan sudut-sudut tertentu yang kemudian tertuang dalam wujud bentuk kubah, merupakan segmen-segmen bola yang saling bertumpu satu dengan yang lain, yang menggambarkan saling berkaitannya kebutuhan manusia dengan yang lain, dimana pada ini semua agama dan tradisi dipengaruhi oleh bentuk bundar, sejak dari bangunan Qubah as Sakhrah, di Masjid Aqsho, juga beberapa agama tauhid tempat ibadahnya dipengaruhi bentuk bundar.
13876171481667804159
13876172171767621797
Jumlah kubah dengan tujuh buah. Angka 7 merupakan simbol kemantapan. Kita kenal bahwa Allah SWT telah menciptakan 7 langit dan 7 bumi. Demikian pula hari sebanyak 7 hari dalam seminggu. Di kalangan kita, sering kita dengar bacaanbismillah 7 kali, atau Qul huwalllah 7 kali dan sebagainya yang mengisyaratkan adanya kemantapan.
13876171951087722349
Demikian pula angka 17 (tujuh belas), yang diwujudkan dalam jumlah tiang penyangga lantai II di kubah utama adalah mengingatkan kita pada angka keramat bangsa Indonesia yang telah merdeka sejak tanggal 17 Agustus 1945 atau Nuzulul Qur’an pada tanggal 17 Ramadhan yang kita peringati setiap tahunnya, di samping peringatan adanya kewajiban melaksanakan 17 rakaat dalam shalat wajib di setiap harinya.
13876172571486373011
Mihrab dan mimbarLahirnya seni Islam terutama seni bangunan masjid terletak pada mihrab dan mimbarDari mihrab dan mimbar yang merupakan bagian tempat Imam dan Khotiblahirlah berbagai seni bangunan Islam yang tak berkeputusanMihrab adalah suatu tempat pada masjid sebagai tempat Imam memimpin sembahyang dan sekaligus merupakan petunjuk arah kiblat Orang bersujud di mihrab hatinya terpaut dengan ka’bah di Makkah, tempat ia menghadapkan muka dan wajahnyasebagai simbul kesatuan dan persatuan menghadap kepada yang Maha TunggalDemikian pula mimbar sebagai tumpuan perhatian jamah dalam mendengarkan khotbah para khotib yang penuh pesan dan kesan tentang kehidupam manusia dihadapan Tuhannya dan masyarakatnya. Bangunan mihrab akan terkait dengan mimbar, terdiri dari tiga buah lengkungan yang melukiskan trionya agama yaitu Iman, Islam dan Ihsan.
138761729651609089
1387617361349893966
Pada lengkungan mihrabal Mukarom K.H. Achmad Siddiq (alm) menfatwakan ayat Al Qur’an surat Thaha ayat 14.
Sedang di mihrab kanan dan kirinya terpampang lafadz Allah jalla jalaluhu (Tuhan Maha Besar) dan lafadz Muhammad Rasulullah yang digarap oleh Sdr Faiz dari Bangil dengan beraneka ragam bentuk seni kaligrafi.
1387617407622700319
Adapun di sekeliling ruangan kubah utama dituliskan Surat An Nur sepenuhnya. Semuanya itu disamping merupakan penampilan seni kaligrafi juga merupakan petunjuk bagi muslim yang melihatnya.
1387617448455926769
Lantai tempat sembahyang utama ditutup dengan marmer Carara dari Itali dengan ukuran ( 120 X 60 cm ukuran sajadah)Marmer Carara tersebut dipesan langsung dariItali dengan jenis Bianco Carra “C” yang sudah dipotong potong dengan ukuran 60 X 120 X 2 cm dalam keadaan sudah dipoles seharga US $ 55.455,00, sedang ruang tempat sembahyang lain memakai tegel teraso dengan cat kuningan.
13876174761505852269
Besaran dana yang dikeluarkan untuk pembangunan masjid sekitar 900juta rupiah. Dengan dibangun dari hasil sumbangan total para petani berupa padi/ gabah senilai
Rp. 518.791.483,20Penyebaran blangko infaq suka rela senilai Rp. 38.520.461,50,Pegawai Negeri, Pengusaha dan lain lain Rp.145.530.878,.98Bantuan dari Menteri Dalam Negeri RI sebanyak Rp. 25.000.000,00, serta Bantuan dari Pemerintah Daerah Tk.II Jember sebanyak Rp.61.500.000,00, dan sisa dananya pemerintah menggunakan kebijakan tender.
Seiring dengan perkembangannya, masjid ini selanjutnya dikelola oleh sebuah Yayasan yang di sebut dengan Yayasan Masjid Jami’Al Baitul Amien Jember. Hal ini dilakukan semata-mata untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat Jember, dengan berupaya mengoptimalkan pemakmuran masjid baik dalam bidang ibadah maupun sosial kemasyarakatan. Dapat dilihat kiprahnya saat ini dari berbagai program masing-masing bidang yang salah satunya terdapat bidang pendidikan. Membawahi beberapa lembaga yang diantaranya PAUD atau kelompok bermain, TK, SD, SMP, Taman Pendidikan Al-Quran, serta Madrasah Diniyah atau (Madin).
Besarnya penduduk Jember yang telah mencapai 1.900.000 (Satu Juta Sembilan Ratus Ribu) lebih yang sebagian besar (90 % ) beragama Islam diharapkan mampu menjaga, merawat, dan menghargai nilai-nilai sejarah yang ada pada masjid Jami’Al Baitul Amien Jember sesuai dengan motto pembangunannya berupa Trilogi Pembangunan Daerah Kabupaten Jember, yaitu Taqwallah, Akhlaqul Kariemah dan Amal yang ilmiyah serta ilmu yang amaliyah :)
1387617611501803690
1387617640933658799
13876176591446176164

*Tulisan ini berdasarkan wawancara bersama pengurus Yayasan Masjid Jami’Al Baitul Amien Jember

Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

0 komentar: on "Menelaah Sejarah Bangunan Masjid Kuno di Jantung Kota Jember"

Posting Komentar