Mengapa Remaja Berperilaku Aneh?

Ada remaja pria yg memakai anting-anting dua di kuping kiri dan tiga di kuping kanan, memakai tato, ada juga remaja yg mengecat rambutnya dgn tiga macam warna rambut, ada remaja yg senang berteriak-teriak seolah sedang berpuisi di depan teman-temannya, ada remaja yg berpakaian minim seolah kurang bahan untuk membuatnya atau perilaku-perilaku lain yg mencolok di depan publik.

Kenapa kebanyakan hal tersebut dapat terjadi pada masa remaja?

Masa remaja disebut juga sebagai masa “krisis identitas”, karena merupakan masa peralihan dari masa kekanak-kanakan menuju kedewasaan.
Pada masa anak-anak, seseorang akan tergantung pada lingkungannya,terutama pada Ayah dan Ibunya.
Sedangkan pada masa remaja, dituntut untuk berperilaku dewasa seperti orang-orang dewasa di sekelilingnya. Masa peralihan tersebut menyebabkan remaja merasa canggung, kaku, kurang percaya diri, cemas, dan sering tidak yakin dengan keadaan dan kemampuan dirinya.
Akibatnya perilaku remaja sering menjadi topik pembicaraan dan bahasan bagi orang tua dan pendidik.
Mereka akan semakin berani bila ditemani dan bergerumul menjadi kumpulan-kumpulan tertentu, yg akhirnya jadi mudah untuk diprovokasi jika dipengaruhi oleh pengaruh-pengaruh negative.

Faktor Penyebab:
1.Terjadi Perubahan Fisik
Pada saat reproduksi mulai berkembang, maka remaja akan mengalami perubahan fisik yg sangat cepat. Hal ini akan mempengaruhi penampilan remaja, seperti kegemukan, wajah, jerawat, atau bahkan perubahan proporsi tubuh.
Sehingga menyebabkan remaja merasa sering canggung dan aneh dgn penampilan barunya.
Dan yg lebih gawat lagi, bila hal-hal tersebut mempengaruhi aspek psikologisnya, seperti kurang percaya diri, kurang aman dan kurang nyaman dengan dirinya, sehingga remaja perlu mengkompesasinya dgn cara lain untuk menambah kepercayaan dirinya. Dan akan semakin aneh bila remaja mengkompensasi dgn hal-hal di luar tuntutan dan lingkungannya.
2.Terjadi perubahan psikologis
Dengan adanya perubahan fisik yg diakibatkan oleh adanya perubahan hormonal, remaja akan mengalami perubahan di aspek emosinya.
Awalnya di masa anak, mereka merupakan anak penurut, dan sering berubah menjadi remaja pembantah dan pemberontak.
Mereka cenderung ingin melakukan hal-hal atau kegiatan-kegiatan yg justru dilarang orang tua dan guru, atau lingkungannya.
Semakin banyak yg dilarang, maka semakin banyak pula pelanggaran-pelanggaran yg mereka buat. Di samping itu remaja mengalami krisis sosial. Di sini remaja merasa bahwa tuntutan dan lingkungannya saat ini sangat bersikap moralistis, semua kegiatan diwarnai dengan berbagai aturan, pesan-pesan agama, tata karma yg kaku dan sikap sopan yg sering dianggap menurut mereka berlebihan.
Hal tersebut membuat remaja sulit untuk beradaptasi segera dengan lingkungannya, karena remaja perlu waktu untuk mempelajari, memahami, serta menirunya dari panutan-panutan yg benar dan kuat.
Apa keanehan remaja tersebut bisa dikategorikan sebagai perilaku yg menyimpang?
Jika keanehan-keanehan atau perilaku-perilaku yg salah tersebut tidak segera direspon dengan cara mengoreksi atau mengingatkannya, maka perilaku tersebut akan semakin melekat dan akhirnya menjadi suatu kebiasaan buruk. Perilaku tersebut dapat dianggap menyimpang bila akibatnya dapat merugikan diri sendiri dan orang lain, misalnya perilaku ketergantungan NARKOBA, mencuri, atau perilaku penyimpangan seksual diluar batas kewajaran yg ada.

Penanggulangan remaja yg memiliki kecenderungan berperilaku aneh:
1.Mengadakan dialog atau melakukan curhat mengenai masalah-masalah yg sedang dialami oleh remaja, biasanya orang tua atau orang dewasa lain, akan menganggap masalah remaja merupakan masalah yg ringan dan tidak perlu disikapi serius. Tetapi sebaliknya, bagi remaja hal tersebut merupakan masalah atau pengalaman yg baru, sehingga kesan penghayatannya sangat mendalam. Bila remaja tidak mendapat bantuan dan simpatik dari lingkungannya, maka remaja cenderung semakin stress, tidak percaya diri, dan akhirnya akan menarik diri dari lingkungannya, atau sebaliknya bersikap agresif, brutal, dan mengganggu lingkungannya.
Sebaiknya orang tua, guru, atau orang dewasa lain dapat menjadi teman yg baik, pendengar yg baik, serta bersikap simpatik terhadap remaja.
Bukan sikap yg kurang simpatik, acuh tak acuh, sikap otoriter dan suka mengatur.
Karena dengan adanya sikap yg simpatik dari orang yg ada di lingkungannya, remaja bisa menjadi lebih aman dan akan lebih percaya diri, juga tidak mudah putus asa.
2.Mengikuti kegiatan yg bersifat spiritual.
Tentunya dimulai dengan contoh positif dari orang tua atau orang-orang yg ada di sekelilingnya.
Hal ini penting untuk memberi gambaran pada remaja, mana perilaku yg positif dan mana perilaku yg negatif.
Bila orang tua tidak memberi contoh secara nyata (hanya sebatas teori), remaja akan bersikap kurang hormat kepada orang lain, dan akhirnya akan berbuat apa saja menurut kehendak hatinya tanpa menghiraukan keberadaan orang lain di sekitarnya.
3.Mencari dan mengikuti kegiatan-kegiatan positif yg bersifat dapat mengkompensasi dan meredam atau mengarungi tenaga-tenaga negatif yg dapat merusak emosi remaja.
Misalnya olah raga atau sosialisasi yg menghibur, dapat mengurangi perasaan marah atau perasaan depresi pada remaja.
4.Perlu mengaktualisasikan diri, misalnya dengan membuat prestasi-prestasi baik di bidang pendidikan maupun di bidang yg lain. Dengan cara ini, remaja akan merasa dihargai dan diakui keberadaannya sehingga rasa percaya diri akan terbentuk dengan baik.
Akhirnya remaja tidak berpikir negatif untuk berbuat hal-hal aneh karena remaja tidak ada waktu untuk itu.
5.Hindari lingkungan-lingkungan yg dapat merugikan diri remaja, lebih tegas lagi berkata tidak untuk hal-hal yg dapat menjerumuskan. Jangan termakan oleh kata-kata atau ancaman yg tidak bertanggung jawab, sehingga dapat menggugurkan prinsip yg sudah ditanamkan secara baik.