Semua tentang kehidupanku….
Terkadang, banyak orang di sekitarku yang berpendapat bahwa aku tertutup tentang masalah pribadiku, cuma memendam sendiri perasaanku.
Diam bukan berarti memendam. Menjauh bukan berarti menghindar.
Sebenarnya bukan untuk menutup diri, tapi berusaha memahami diri sendiri dan menelusuri sesuatu yang hakiki. Itu semua ku lakukan agar bisa membuka daya upaya dari akal dan mengubah pikiranku menjadi keyakinan untuk diterapkan.
Seringkali, pelampiasan hanya dapat ku curahkan melalui ungkapan.
Memang, berbagi kesedihan akan mengurangi beban, dan berbagi kebahagiaan akan berbuah kebahagiaan. Tapi meminta pendapat dari banyak orang, tidak akan menyelesaikan permasalahan, karena solusi dan pemikiran setiap orang tidaklah sama.
Mungkin memang benar, tingkah laku dan sikapku masih kekanak-kanakan. Tidak heran se-usia 17 tahun pun aku masih dianggap anak2 yang sering diremehkan.
Tapi itu semua yang membuatku ingin membuktikan, bahwa kedewasaan tidak hanya dilihat dari segi usia ataupun penampilan, melainkan dari pemikiran yang rasional dan sikap yang intelektual.
“melihat buku, jangan hanya dari sampulnya saja”
Baiknya, kita harus mengenal dan memahami lebih dulu sebelum berpendapat.
Terserah orang ingin menilaiku seperti apa yang mereka bayangkan.
Karena inilah aku…
Aku adalah cara berpikirku…
Aku adalah apa adanya diriku….
Seperti halnya saat ini.
Tak ada yang ingin aku katakan, tapi banyak yang ingin ku curahkan.
Pemikiran yang terus menerus ku cari, dan terus menerus ku tanyakan tentang kehidupan.
Dan sekarang aku mengalami masa yang selalu dialami setiap orang.
Permasalahan dalam cinta pada kehidupan.
Selalu ada saja sesuatu yang menjadikan beban.
Itu juga sangat mengganggu pikiranku setiap waktu, bahkan sering tanpa sadar aku menangis karena lelah untuk mencari arti dari semua yang ku alami, tapi tetap tidak bisa menerangkan apa yang ku rasakan.
Coba pahami…
Sebenarnya apa yang tak diketahui oleh diri bukanlah suatu beban, yang menjadi beban adalah terbebani oleh apa yang tak diketahui.
Aku mencari semua yang bisa ku pahami.
Dan ini yang ku dapatkan saat ini:
“Cintailah sesuatu dengan penuh etika, estetika, dan keikhlasan, karena cinta yang tanpa etika, estetika, dan keikhlasan hanya akan berakhir di pembaringan penyesalan.”
“Jangan menyalahkan dan mencaci cinta, sebab cinta tidak pernah menyakitimu.
Hukum dan pukullah dirimu sendiri karena lalai menjaga cinta, tidak memupuknya dengan rasa kasih dan sayang, tidak merawatnya dengan ketulusan, rindu dan suka saat dia tumbuh, dan tidak menyimpannya dalam tempat yang seharusnya.
Jangan menyalahkan yang memerintah memilih, tapi salahkan diri sendiri kenapa memilih cinta yang bukan pilihan.”
“Orang yang Bijak selalu berkata, mencintailah, menyayangilah, sebab itulah sifat manusia. Karena dengan adanya cinta dalam hati, engkau dapat menikmati hidup, menyelami setiap keindahannya, dapat merasakan perasaan dalam setiap jengkalnya, dapat memahami betapa Allah Maha Mencintai Makhluknya.”
“Tanpa cinta, kemanusiaan tak mungkin ada, bahkan dalam waktu satu hari saja.”
(Erich Fromm)
“Dengan cinta, yang pahit menjadi manis, dengan cinta, kekeruhan menjadi jernih, dengan cinta, yang mati menjadi hidup, dengan cinta, raja menjadi budak, dari cinta, ilmu dapat tumbuh.” (Jalaluddin Rumi)
“Jangan mengira cinta datang dari keakraban yang lama dank arena pendekatan yang tekun. Cinta adalah kecocokan hati dan jika itu tak pernah ada, cinta tak akan pernah ada. Kapan dan berapapun lamanya.” (Kahlil Gibran)
Pernahkah kita mensyukuri?
Betapa Allah telah mendisain manusia dengan kadar yang tepat, sama seperti ciptaan-Nya yang lain. Di antara rasa dan kecenderungan itu, ada yang dinamakan Cinta, yang tersimpan dengan baik dalam sebongkah daging, dibalik tulang dada sebelah atas lambung kiri, yang kita sebut dengan “Hati”. Yang di dalam hati itu sendiri telah ditiupkan ruh berisi sifat-sifat manusia dan sifat unik diri di dalamnya sehingga menjadikan manusia sebagai makhluk yang berbeda dari makhluk Allah lainnya.
Dia menuliskan bahwa:
“Pada awalnya manusia itu kosong; adalah terserah dia untuk membentuk dirinya baik atau buruk, bergantung kepada penerimaan atau penolakannya terhadap kebebasan. Kebebasan menentukan tujuan-tujuannya secara absolut, dan tak ada kekuatan luar, bahkan kematian sekalipun yang dapat menghancurkan segala sesuatu yang telah ditentukan oleh kebebasan. Karena jika permainan bukanlah menang atau kalah pada mulanya, maka adalah perlu untuk berjuang dan mengambil resiko setiap saat.”
Itu kutipan yang paling aku sukai. Meskipun penulisnya bukan beragama islam, tapi cara pikirnya sama dengan apa yang disebutkan dalam islam.
Hanya dari pemahaman seperti itulah yang bisa membuka pikiranku selama ini, aku dapat mengetahui yang samar dan menyatakan apa yang ku pikirkan.
Semua dapat berbuah pikiran, mengenyangkan laparnya akal, dan memuaskan batin yang penuh tanda tanya, hingga mengubah sudut pandang dan referensi kekayaan intelektual yang dimiliki.
Namun terkadang masih ada yang ku ragukan. Tentang kepastian akan kebenaran dari semua yang ku cari dan ku pahami. Karena segala sesuatu yang berhubungan dengan menetapkan kebenaran atau menilai sesuatu itu benar atau salah secara hakiki dalam masalah kehidupan hanya dengan landasan akal.
Bahkan tak sedikit dari apa yang ku ungkapkan dan tanyakan juga menimbulkan kontroversi. Apakah aku susah dipahami, sampai susah sekali untuk semua memahamiku?
Seandainya tak mampu dijawab, maka bukan berarti tak ada jawaban, namun karena akal belum dapat mencapai jawaban itu.
Aku memang bukan sosok seseorang yang pintar. Tapi aku hanya berusaha menjadi manusia yang ber-akal. Entah itu disebut cerdas atau bodoh. Yang aku tau, orang cerdas tetap selalu berawal dari bodoh. Orang yang cerdas selalu mengisi hidupnya dengan beragam tanya dan akan tetap bergelut dengan pertanyaan-pertanyaan, mencari jawaban-jawaban sehingga mencapai jawaban dan batasan kecerdasannya.
Dan orang yang bodoh adalah orang yang menghentikan dirinya dari pertanyaan dan sifat menyelidik dalam dirinya, karena bisa saja merasa atau tidak merasa telah pandai dan cerdas, atau memang karena mengidap keterbelakangan akal.
Sering disebutkan, orang yang lebih bodoh adalah orang yang dibodohi oleh kecerdasannya sendiri. Biasanya mereka ini adalah orang-orang yang merasa telah mampu untuk menyelami samudera ilmu lewat tumpukan buku kecil dan ragam pendapat, sehingga melalaikan buku besar dan penjelasan tentang alam semesta ini yang tertulis dalam genggamanya dan terpampang di depan matanya, sehingga hidupnya hanya untuk menajamkan pikirannya saja, tanpa dapat menajamkan hatinya.
Pada akhirnya berakhir dengan sering menyimpulkan sesuatu yang terkasat kusut sebagai kebenaran, dan meninggalkan kesimpulan yang nyata dalam halaman alam semesta pada genggaman.
Maka tak pantas seseorang itu sombong, seolah-olah mengetahui segalanya, sehingga setiap ada pertanyaan direkanya dengan kata mungkin. Seolah tidak ada suatu ilmu yang menerangkannya. Padahal besar ilmu yang ada dalam pikirannya, tak sebanding dengan Allah yang Maha Luas ini. Sebab hanya sibuk menganalisa luarnya, tanpa mau meneliti hakikatnya.
Padahal, telah jelas bahwa di balik yang nyata ini, tersembunyi apa-apa yang tak nyata, yang mana akal pikir tidak mampu mengurainya sendiri.
Dan pertanyaan tentang apa itu rasa dan juga cinta, adalah pertanyaan yang membuktikan akan kebenaran-kebenaran itu.
Salahkah, aku hanya menginginkan cinta ibarat obor?
Obor itu yang akan terus menyala jika terbungkus dengan kain kejujuran dan terminyaki rasa ketulusan, yang suatu saat nanti akan sampailah kepada tujuan yang dituju karena terang yang tetap terjaga.
Bukan hanya obor yang hanya seterang lilin dan hanya ditutup dengan sebelah telapak tangan keinginan dan jari-jari hasrat dari terpaan angin, sehingga akan gelaplah jalan dan akan tersasarlah dari tujuan yang dituju, sebab tak ada terang yang menyinari jalannya..
Semoga bukan sekedar impian semata…
0 komentar: on "Aku adalah cara berpikirku"
Posting Komentar