Jember, GN- Menjamurnya bisnis
berjaringan yang ada di Jember, Jawa Timur, membuat pendapatan pedagang
tradisional semakin merosot hingga keberadaannya pun kian menghilang
dengan sendirinya. Pedagang-pedagang kecil yang berdiri sejak
berpuluh-puluh tahun yang lalu kebanyakan mengalami kebangkrutan
disebabkan adanya bisnis berjaringan di kawasan tersebut. Seolah tidak
memandang antar sesama, hingga dengan seiring berjalannya waktu pun
begitu cepat menjadi titik kehancuran bagi pedagang-pedagang tradisional
di lingkungan sekitar kita. Perlu disadari, budaya konsumtif kita pun
menjadi semakin meningkat. Betapa tidak, jika dibandingkan dengan
berbelanja di pusat perbelanjaan bisnis berjaringan, kita memang
mendapatkan pelayanan yang memuaskan, memadai, cepat, dan nyaman. Namun
di satu sisi, kita membeli suatu barang tersebut dengan dikenakan biaya
lebih mahal untuk membayar pajak tambahan. Pengeluaran
akan semakin bertambah. Berbeda dengan jika kita berbelanja di pasar
tradisional atau pedagang tradisional, rasa persatuan dan nasionalisme
kita akan semakin kuat. Selain itu menguntungkan juga bagi pendapatan
daerah, pendapatan masyarakat akan meningkat, dan ada proses
tawar-menawar yang meningkatkan komunikasi antar sesama sehingga membuat
solidaritas bangsa menjadi kian terjaga.
Inilah yang perlu kita berikan
penyadaran bagi semua.
Penjajahan saat ini memang bukan berbentuk fisik seperti zaman penjajahan awal merebut kemerdekaan, melainkan penggelontoran barang, modal dan tenaga kerja asing ke dalam negeri. -Budaya konsumeris, hedonis, pragmatis dan westernis yang menjangkiti kehidupan rakyat Indonesia akibat propaganda kapitalis bekerjasama dengan pemerintah Indonesia melalui media-media globalisasi.
Penjajahan saat ini memang bukan berbentuk fisik seperti zaman penjajahan awal merebut kemerdekaan, melainkan penggelontoran barang, modal dan tenaga kerja asing ke dalam negeri. -Budaya konsumeris, hedonis, pragmatis dan westernis yang menjangkiti kehidupan rakyat Indonesia akibat propaganda kapitalis bekerjasama dengan pemerintah Indonesia melalui media-media globalisasi.
Kandasnya Perda tentang “Perlindungan Pasar Tradional, Toko
Modern, dan Pusat Perbelannjaan (PPT2MPP)” menjadi buah kemenangan
pemodal asing di bumi Kab. Jember.
Peluang besar bagi kapitalis untuk menancapkan dominasi mereka
tanpa ada aturan-aturan yang sedikitpun dapat menyentuh mereka.
Kenaikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang digembar-gemborkan
oleh para birokrat yang berlagak buta seolah hanya dijadikan slogan dan
tameng untuk kebijakan mereka sendiri.
Kenyataan perputaran uang bukan lagi berada di Kabupaten
Jember terbina ini, melainkan masuk ke dalam beberapa oknum yang ada.
Ironis.. yang terjadi malah beberapa pedagang lokal yang
mempunyai kewajiban menghidupi keluarganya menjadi kehilangan mata
pencahariannya saat ini.
Seandainya kita di posisi seperti itu, bagaimana kita bisa
menghidupi anak dan keluarga kita??
Seandainya minimarket itu berada di samping toko kita,
bagaimana kehidupan kita kelak???
Apakah anda bisa menjamin bahwa usaha anda ini bisa anda
wariskan untuk anak cucu kita nanti??
Tapi yang pasti bahwa masa depan toko anda merupakan sebuah
sesuatu yang harus kita perjuangkan bersama demi berlangsungnya
kehidupan ANAK, ISTRI, bahkan CUCU kelak..!!!
(Asosiasi Pedagang Tradisional Jember)
Asosiasi
Pedagang Tradisional Jember bermaksud mengundang Bapak/Ibu/Sdr dalam
Silaturahmi Pedagang Kecil, pada
Hari
: Kamis/27 September 2012
Waktu
: 16.00 – selesai
Tempat
: TOKO BAROKAH (Jl.Sumatera no. 1) Jember
Bergeraklah Mahasiswa!!!
SAATNYA BERSATU MELAWAN PENINDASAN!!!
(Report: Wiwin Riza Kurnia)
0 komentar: on "Asosiasi Pedagang Tradisional Jember Vs Bisnis Berjaringan"
Posting Komentar