Senin, 24 September 2012

Asosiasi Pedagang Tradisional Jember Vs Bisnis Berjaringan

Jember, GN- Menjamurnya bisnis berjaringan yang ada di Jember, Jawa Timur, membuat pendapatan pedagang tradisional semakin merosot hingga keberadaannya pun kian menghilang dengan sendirinya. Pedagang-pedagang kecil yang berdiri sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu kebanyakan mengalami kebangkrutan disebabkan adanya bisnis berjaringan di kawasan tersebut. Seolah tidak memandang antar sesama, hingga dengan seiring berjalannya waktu pun begitu cepat menjadi titik kehancuran bagi pedagang-pedagang tradisional di lingkungan sekitar kita. Perlu disadari, budaya konsumtif kita pun menjadi semakin meningkat. Betapa tidak, jika dibandingkan dengan berbelanja di pusat perbelanjaan bisnis berjaringan, kita memang mendapatkan pelayanan yang memuaskan, memadai, cepat, dan nyaman. Namun di satu sisi, kita membeli suatu barang tersebut dengan dikenakan biaya lebih mahal untuk membayar pajak tambahan. Pengeluaran akan semakin bertambah. Berbeda dengan jika kita berbelanja di pasar tradisional atau pedagang tradisional, rasa persatuan dan nasionalisme kita akan semakin kuat. Selain itu menguntungkan juga bagi pendapatan daerah, pendapatan masyarakat akan meningkat, dan ada proses tawar-menawar yang meningkatkan komunikasi antar sesama sehingga membuat solidaritas bangsa menjadi kian terjaga.
Inilah yang perlu kita berikan penyadaran bagi semua.
Penjajahan saat ini memang bukan berbentuk fisik seperti zaman penjajahan awal merebut kemerdekaan, melainkan
penggelontoran barang, modal dan tenaga kerja asing ke dalam negeri. -Budaya konsumeris, hedonis, pragmatis dan westernis yang menjangkiti kehidupan rakyat Indonesia akibat propaganda kapitalis bekerjasama dengan pemerintah Indonesia melalui media-media globalisasi.
Kandasnya Perda tentang “Perlindungan Pasar Tradional, Toko Modern, dan Pusat Perbelannjaan (PPT2MPP)” menjadi buah kemenangan pemodal asing di bumi Kab. Jember.
Peluang besar bagi kapitalis untuk menancapkan dominasi mereka tanpa ada aturan-aturan yang sedikitpun dapat menyentuh mereka.
Kenaikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang digembar-gemborkan oleh para birokrat yang berlagak buta seolah hanya dijadikan slogan dan tameng untuk kebijakan mereka sendiri.
Kenyataan perputaran uang bukan lagi berada di Kabupaten Jember terbina ini, melainkan masuk ke dalam beberapa oknum yang ada.
Ironis.. yang terjadi malah beberapa pedagang lokal yang mempunyai kewajiban menghidupi keluarganya menjadi kehilangan mata pencahariannya saat ini.
Seandainya kita di posisi seperti itu, bagaimana kita bisa menghidupi anak dan keluarga kita??
Seandainya minimarket itu berada di samping toko kita, bagaimana kehidupan kita kelak???
Apakah anda bisa menjamin bahwa usaha anda ini bisa anda wariskan untuk anak cucu kita nanti??
Tapi yang pasti bahwa masa depan toko anda merupakan sebuah sesuatu yang harus kita perjuangkan bersama demi berlangsungnya kehidupan ANAK, ISTRI, bahkan CUCU kelak..!!!
(Asosiasi Pedagang Tradisional Jember)
Asosiasi Pedagang Tradisional Jember bermaksud mengundang Bapak/Ibu/Sdr dalam Silaturahmi Pedagang Kecil, pada
Hari : Kamis/27 September 2012
Waktu : 16.00 – selesai
Tempat : TOKO BAROKAH (Jl.Sumatera no. 1) Jember
Bergeraklah Mahasiswa!!!
SAATNYA BERSATU MELAWAN PENINDASAN!!!
(Report: Wiwin Riza Kurnia)

http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2012/09/25/asosiasi-pedagang-tradisional-jember-vs-bisnis-berjaringan/
Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

0 komentar: on "Asosiasi Pedagang Tradisional Jember Vs Bisnis Berjaringan"

Posting Komentar