Kamis, 07 Oktober 2010

Pembangunan Kesehatan di Indonesia


KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Masalah Kesehatan Masyarakat terhadap Penyakit Menular dan Tidak Menular” ini dengan lancar.
Penulisan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengampu matakuliah Administrasi Kesehatan.
            Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang kami peroleh dari buku panduan, serta informasi dari media massa yang berhubungan dengan “Pembangunan Kesehatan di Indonesia”. Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada pengajar matakuliah “Pengantar Administrasi Kesehatan Masyarakat” atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
            Kami harap makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.
Memang kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, maka kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik dan benar.

Jember, 05 Oktober 2010


                                                                                                                                Penyusun




BAB 1
PENDAHULUAN

1.1             Latar Belakang Masalah
 Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di segala bidang semakin meningkat,
termasuk bidang kesehatan secara umum. Kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran telah mencapai taraf yang sangat memuaskan dalam hal mengatasi penderitaan dan kematian karena penyakit tertentu. Namun demikian, masalah kesehatan bagi masyarakat umum masih sangat rawan. Walaupun pada beberapa tahun terakhir ini sejumlah penyakit menular tertentu dapat diatasi, timbul pula masalah baru dalam bidang kesehatan masyarakat baik yang berhubungan dengan penyakit menular dan tidak menular maupun yang erat hubungannya dengan gangguan kesehatan lainnya. Dewasa ini, banyak penyakit menular yang telah mampu diatasi bahkan dibasmi berkat kemajuan teknologi dalam mengatasi masalah lingkungan biologis yang erat hubungannya dengan penyakit menular. Akan tetapi, masalah penyakit menular masih tetap dirasakan oleh sebagian besar penduduk negara berkembang, disamping munculnya masalah-masalah lain, bahkan masih berlaku pula bagi penyakit yg tidak menular.
Telah sering dipromosikan, yang menjadi contoh:
Bagaimana strategi seperti pemberantasan penyakit menular (P2M) untuk kasus DBD misalkan, melalui gerakan nasional 3M Plus yakni: menguras, mengubur, menutup plus melindungi diri dari gigitan nyamuk Aedes agepty, sebagai vektor penyebar virus Dengue, penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD).
Namun realitanya, mengapa kasus DBD, dalam periode tertentu selalu terjadi di tengah lingkungan masyarakat? Padahal upaya promosi dan prevensi tersebut telah dicanangkan dan dilakukan secara intensif. Bagaimanakah efektifitas program promosi kesehatan tersebut untuk menurunkan angka kejadian DBD? Apakah masih diperlukan cara, strategi, atau terobosan baru dalam mengupayakan program pencegahan penyakit menular, untuk mengurangi atau menurunkan angka kejadian (prevalensi) penyakit menular?
Agar bisa efektif dijalankan dalam membantu program pemberantasan atau pengentasan kasus DBD. Mengulas sedikit apa yang telah dipaparkannya, program 3 M plus, pada hakekatnya mengandung 3 makna penting, yakni: pertama, upaya promotif dan preventif yang menyeluruh dalam menjalin keterpaduan lintas program maupun lintas sektoral. Kedua, mengembangkan upaya dukungan dari pemerintah terkait, guna melakukan kerjasama terbaik dengan anggota masyarakat. Ketiga, menggerakkan peran serta masyarakat agar lebih proaktif dengan masalah kesehatan, khususnya problema kebersihan lingkungan.
Perlunya menumbuhkan kesadaran masyarakat, untuk membantu program pemberantasan penyakit menular,dan juga penyakit tidak menular. Betapa penting arti peran serta masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan. Para pakar kesehatan masyarakat pasti telah banyak merumuskan berbagai kebijakan untuk menggalang kerjasama dan memberdayakan peran serta masyarakat untuk hidup bersih dan sehat. Karena bila masyarakat sehat, maka negara akan kuat.

1.2             Rumusan Masalah
      Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar dalam penulisan ini kami memperoleh hasil yang diinginkan, maka kami menemukakan beberapa rumusan masalah. Rumusan masalah tersebut adalah “Pembahasan dari Beban Ganda Masalah Kesehatan Masyarakat terhadap Pembangunan Kesehatan di Indonesia”.


1.3             Tujuan
      Tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain:
a.      Untuk memenuhi tugas mata kuliah Administrasi Kesehatan Masyarakat.
b.      Untuk menambah pengetahuan tentang Kesehatan Masyarakat.
c.       Untuk mengetahui apa saja kendala terhadap penyakit menular dan tidak menular dalam kebijakan pemerintahan.

1.4             Manfaat
      Manfaat yang didapat dari makalah ini adalah:
a.      Mahasiswa dapat menambah pengetahuan tentang Pembangunan Kesehatan.
b.      Mahasiswa dapat mengetahui apa saja faktor dan karakteristik dari teori.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI
Epidemiologi  yaitu ilmu atau dalam ilmu terapan  adalah study atau kajian tentang kejadian penyakit atau masalah kesehatan pada kelompok masyarakat.
Penyakit  yang dikaji  bisa penyakit menular, bisa juga penyakit tidak menular. Intinya kajian  adalah ditemukan penyebab.
Pada penyakit menular diistilakan dengan ETIOLOGI dan pada penyakit tidak menular di istilahkan dengan FAKTOR RESIKO yaitu karakteristik, tanda atau kumpulan gejala pada penyakit yang diderita induvidu yang mana secara statistic  berhubungan dengan peningkatan kejadian kasus baru berikutnya (beberapa induvidu lain pada suatu kelompok masyarakat).
Dari factor resiko inilah dapat ditentukan tindakan pencegahan dan penanggulangan.
            Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari penyakit atau masalah kesehatan yang terjadi pada masyarakat atau kelompok masyarakat —bukan induvidu
Kunci dari ilmu epidemiologi itu adalah ditemukannya penyebab, bisa penyebab penyakit, bisa penyebab masalah kesehatan atau masalah pelayanan kesehatan.
Pada awal-awal perkembangan ilmu epidemiologi, lebih dikhususkan pada  penyakit menular, Etiologi adalah kuncinya atau penyebab  biologis dari suatu penyakit infeksi, terjadi karena adanya infeksi mikro organisme (organisme yang sangat kecil), misalnya  virus, bakteri dan lain-lain. Sekarang bukan saja penyakit menular yang sering terjadi, tetapi juga penyakit-penyakit yang tidak menular. Sehingga dalam epidemiologi penyakit tidak menular dipakai istilah FAKTOR RESIKO — bukan etiologi—karena bukan menyangkut penyakit infeksi.


A.     PENYAKIT MENULAR
Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan ketika seorang individu terinfeksi oleh organisme patogen, baik virus, bakteri, jamur, ragi, protozoa atau parasit lain. Penyakit menular dapat dikategorikan dalam 2 kelompok yaitu pertama penyakit menular yang masuk katagori Millenium Development Goal (MDC) seperti TBC, Malaria, HIV/AIDS , kedua beberapa penyakit yang potensial menjadi wabah seperti yang akhir-akhir ini terjadi pada masyarakat seperti Chikungnya , Demam Berdarah Dengue (DBD) dan SARS. Dalam menangani penyakit menular pada umumnya tidak hanya memikirkan bagaimana si penderita sembuh tetapi ada yang sama pentingnya yaitu mencegah jangan ada yang tertular.

Upaya penanggulangan wabah penyakit menular meliputi:
a. penyelidikan epidemiologis;
b. pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita, termasuk tindakan karantina;
c. pencegahan dan pengebalan;
d. pemusnahan penyebab penyakit;
e. penanganan jenazah akibat wabah;
f. penyuluhan kepada masyarakat;
g. upaya penanggulangan lainnya.
Untuk melaksanakan upaya – upaya tersebut, dilakukan dengan mengikutsertakan masyarakat secara aktif. Mengingat frekuensi penyakit menular semakin meningkat serta dapat mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi, maka perlu dilakukan penanggulangan terhadap masalah tersebut.
Namun, dalam pelaksanaanya pemerintah mengalami beberapa kendala. Antara lain:
a.)    Makin canggihnya alat transportasi dan komunikasi.
Hal ini menyebabkan dunia manusia bebas bergerak dan bepergian keseluruh pelosok dunia dengan mudah dan cepat. Hal ini antara lain mengakibatkan makin mudah berpindahnya penyakit menular.
1.      Beberapa penyakit belum atau tidak dapat dicegah dengan imunisasi seperti flu burung, AIDS, SARS, Demam Berdarah, Malaria, ISPA dan lain – lain. Sehingga imunitas seseorang terhadap penyakit – penyakit tersebut tidak ada. Selain itu, beberapa penyakit virus juga belum ditemukan obatnya.
2.      Tidak ada perbaikan kondisi lingkungan dan perilaku hidup sehat
b.)    Kondisi lingkungan yang buruk dapat meningkatkan penularan penyakit, terutama pada Air Borne Disease, seperti TBC. Perilaku seseorang juga berpengaruh terhadap penularan penyakit. Misalnya pada penderita TBC tidak mengetahui bagaimana cara batuk yang benar, maka dia dengan cepat dapat menularkan penyakitnya kepada orang lain.
1.      Permasalahan penyakit menular di Indonesia yang penularannya melalui gigitan nyamuk kian meluas, bahkan korban demam berdarah banyak berjatuhan.
2.      Pada penderita TBC
c.)    Permasalahan dalam pengobatan pasien TBC di rumah sakit swasta dan praktik dokter adalah kurangnya pemantauan terhadap pasien, baik dalam konsistensi kunjungan (berobat) dan meminum obat. mengingat obat TBC diminum sedikitnya enam bulan. Agar pasien patuh, perlu pengawas menelan obat (PMO).
1.      Kurangnya kesadaran masyarakat
2.      Permasalahan ekonomi
3.      Munculnya penyakit – penyakit non menular

Dengan demikian pemerintah memiliki beban ganda yaitu mengatasi penyakit menular dan mengatasi penyakit tidak menular yang kian hari jumlahnya kian meningkat.


B.      PENYAKIT TIDAK MENULAR
Penyakit Tidak Menular adalah penyakit kronik  atau  bersifat kronik —menahun–alias berlangsung lama, tapi ada juga yg kelangsungannya mendadak misalnya saja keracunan misalnya penyakit kangker. tubuh yang terpapar  unsur kimia dan lain-lian. Penyakit tidak menular adalah Penyakit non-Infeksi  karena penyebabnya bukan mikroorganisme, namun tidak berarti tidak ada peranan mikroorganime dalam terjadinya penyakit tidak menular misalnya luka karena tidak diperhatikan bisa terjadi infeksi.. Penyakit tidak menular adalah Penyakit degeneratif  karena berhubungan dengan proses degenerasi (ketuaan). Dan Penyakit Tidak Menular adalah New comminicable disease karena dianggap dapat menular melalui gaya hidup, gaya hidup dapat menyangkut pola makan, kehidupan seksual dan komunikasi global. Pengertian-pengertian dasar ini harus difahami dengan baik. Intinya atau subtansinya dalam epidemiologi penyakit tidak menular adalah ditemukannya penyebab dalam hal ini atau yang dipakai adalah istilah ditemukannya FAKTOR RESIKO sebagai faktor penyebab.
Faktor resiko juga dapat dilihat dari Karakteristik, tanda atau kumpulan gejala pada penyakit yang diderita pada induvidu  dan induvidu-induvidu lainnya sebagai factor resiko  dalam keadaan angka frekwensi yang kuat dan lemah. Atau dapat didokumentasikan dengan baik dan didokumentasikan dengan kurang baik.
Kegunaannya  daripada factor resiko ini, pada dasarnya untuk mengetahui proses terjadinya penyakit dalam hal ini penyakit tidak menular. Misalnya :
  1. Untuk memprediksi, meramalkan kejadian penyakit, misalnya perokok berat mempunyai kemungkinan 10 kali untuk kanker paru daripada bukan perokok.
  2. Untuk memperjelas penyebab artinya kejelasan atau beratnya factor resiko dapat  menjadikannya sebagai factor penyebab, tentunya setelah menghilangkan pengaruh dan factor pengganggu  sehingga factor resiko itu adalah factor penyebab.
  3. Untuk mendiagnosa artinya membantu proses diagnose

Karakteristik, tanda atau kumpulan gejala pada penyakit yang diderita induvidu dan ditemukan juga  pada induvidu-induvidu yang lain, bisa dirubah, ada juga yang tidak dapat bisa dirubah, atau tepatnya :
  1. Factor resiko yang tidak dapat dirubah misalnya umur dan genetic
  2. Factor resiko yang dapat di rubah misalnya kebiasaan merokok atau latihan olah raga
Ada juga karakteristik, tanda atau kumpulan gejala pada penyakit yang diderita pada induvidu dan ditemukan juga secara  tidak  stabil pada individu-induvidu yang lain dalam suatu kelompok masyarakat  yaitu:
  1. Factor resiko yang dicurigai yaitu  factor-faktor yang belum mendapatkan dukungan sepenuhnya dari hasil-hasil penelitian sebagai factor resiko misalnya merokok sebagai penyebab kangker rahim
  2. Factor resiko yang  telah ditegakkan yaitu factor resiko yang telah mantap mendapat dukungan ilmiah/penelitian dalam peranannya sebagai factor yang berperan dalam kejadian sutau penyakit. Misalnya merokok sebagai factor resiko terjandinya kangker paru
Menentukan besar factor resiko dapat dilakukan dengan menghitung besarnya resiko relative atau odds rasio. Perhitungan ini berdasarkan perbedaan rate antara inciden populasi yang terpapar (Exposure) dengan yang tidak terpapar (Non Exposure) pada kelompok yang sakit (kasus) dan tidak sakit (kontrol). Perhitungan ini dikaitkan dengan jenis-jenis metode penelitian epidemiologi dan bisa juga dengan melihat frekwensi penyakitnya.
Secara umum dapat dikatakan bahwa prognosis menujukkan berapa besar kemungkinan mati akibat dari keadaan sakit. Sedangkan factor resiko adalah berapa besar kemungkinan sakit dari seorang yang sehat.
Untuk upaya pencegahan, sebenarnya upaya pencegahan pada penyakit tidak menular praktisnya hanya ditujukan kepada factor resiko yang telah diidentifikasi. misalnya pada penyakit stroke dimana hipertensi dianggap sebagai factor resiko utama, tentunya pencegahannya adalah menurunkan tekanan darah yang tinggi (hipertensi). Selain itu ada pendekatan yang menggabungkan ketiga bentuk pencegahan dengan 4 faktor utama yang mempengaruhi terjadinya penyakit :
  1. Gaya hidup (life style)
  2. Lingkungan (environment)
  3. Biologis
  4. Pelayanan kesehatan (delivery health)

Misalnya untuk pencegahan penyakit stroke dengan hipertensi sebagai Faktor Resiko diatas maka dilakukan intervensi kepada “gaya hidup” dengan melakukan reduksi stress, makan makanan yang rendah garam, lemak dan kalori, olah raga, tidak merokok dan lain-lain. 
Untuk “lingkungan” dengan menyadari stress akibat kerja. Untuk “biologi” dapat dilihat dari jenis kelamin riwayat keluarga dalan –lain-lain. Dan yang terakhir “pelayanan kesehatan” dengan memberikan pendidikan atau penyuluhan  kesehatan dan  pemeriksaan tensi.
Untuk Upaya pencegahan dengan menggunakan Prinsip upaya pencegahan penyakit lebih baik dari mengobati tetap juga berlaku untuk penyakit tidak menular, upaya pencegahan penyakit tidak menular ditujukan kepada faktor resiko yang telah diidentifikasi. Ada 4 tingkat pencegahan dalam epidemiologi itu adalah
  1. Pencegahan primordial dimaksudkan untuk memberikan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan penyakit tidak mendapat dukungan dasar dari kebiasaan, gaya hidup dan faktor resiko lainnya. Upaya ini sangat komplek, tidak hanya merupakan upaya dari kesehatan tapi multimitra.
  2. Pencegahan tingkat pertama, meliputi  Promosi  kesehatan masyarakat, misalnya : kampanye kesadaran masyarakat, promosi kesehatan, pendidikan kesehatan masyarakat. Yang lainnya adalah Pencegahan khusus, misalnya : pencegahan keterpaparan, pemberian kemopreventif
  3. Pencegahan tingkat kedua meliputi Diagnosis dini, misalnya dengan melakukan screening. Pencegahan tingkat dua lainya adalah Pengobatan, kemoterapi atau tindakan bedah
  4. Pencegahan tingkat ketiga meliputi rehabilitasi, misalnya perawatan rumah jompo, perawatan rumah sakit.

Di Indonesia terjadi perubahan pola penyakit yaitu dari penyakit menular ke penyakit tidak menular, yang dikenal sebagai transisi epidemiologi.
Terjadinya perubahan pola penyakit ini dapat berkaitan dengan beberapa hal, yaitu:
  • Perubahan struktur masyarakat yaitu dari agraris ke industri
  • Perubahan struktur penduduk yaitu penurunan anak usia muda dan peningkatan jumlah penduduk usia lanjut karena keberhasilan KB.
  • Perbaikan dalam sanitasi lingkungan untuk menurunkan penyebaran penyakit menular
  • Peningkatan tenaga kerja wanita karena emansipasi
  • Peningkatan pelayanan kesehatan dalam memberantas penyakit infeksi dan meningkatkan life expectancy (umur harapan hidup)
Karakteristik penyakit tidak menular :
  • Penularan penyakit tidak melalui suatu rantai penularan tertentu
  • Masa inkubasi yang panjang
  • Perlangsungan penyakit kronik
  • Banyak menghadapi kesulitan diagnosis
  • Mempunyai Variasi yang luas
  • Memerlukan biaya yang tinggi dalam upaya pencegahan maupun penanggulangannya.
  • Faktor penyebabnya multikausal, bahkan tidak jelas.
Contoh penyakit tidak menular


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sudah tentu upaya pencegahan jauh lebih efektif daripada upaya pengobatan.
Pemahaman mengenai kesehatan pada masyarakat perlu ditingkatkan. Meski sudah banyak informasi yang dapat diakses, acap kali pengetahuan masyarakat masih minim, juga belum terkait perkembangan yang ada atau bahkan masih melekat mitos-mitos penyembuhan alternatif yang beredar. Informasi tersebut tak selamanya benar. Kita tahu mitos adalah pendapat yang tidak benar tetapi beredar di masyarakat.

Jadi, pendidikan di keluarga dan lingkungan masyarakat dapat membangun pribadi
Individu masing-masing yang siap mandiri, ingin maju, dan peduli pada kesehatan.
Namun, juga harus diperhitungkan faktor lingkungan. Selain itu, antara pemahaman dan pengamalan tak selalu berjalan sejajar
Upaya pencegahan harus dimulai dengan meningkatkan kepedulian tentang hidup sehat.
Pada akhirnya masyarakat harus memilih antara perilaku sehat dan perilaku berisiko.
Pengawasan keluarga tetap bermanfaat, tetapi semakin memasuki lingkup perkembangan zaman, masyarakat semakin kurang pengaruhnya terhadap pengawasan tersebut.
Oleh karena itu, perlu ditanamkan kesadaran untuk menjaga diri, termasuk kesehatan, sejak kecil.

Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

0 komentar: on "Pembangunan Kesehatan di Indonesia"

Posting Komentar