Kamis, 22 Juli 2010

Perubahan Iklim dan Global Warming, mulailah hidup go green!!!


Indonesia terletak di equator merupakan negara yang pertama sekali akan merasakan dampak perubahan iklim. Dampak tersebut telah dirasakan pada tahun 1998 yang menjadi tahun dengan suhu udara terpanas dan semakin meningkat pada tahun-tahun berikutnya.
Diperkirakan pada 2070 sekitar 800 ribu rumah yang berada di pesisir harus dipindahkan dan sebanyak 2.000 dari 18.000 pulau di Indonesia akan tenggelam akibat naiknya air laut.
Perubahan iklim yang disebabkan pemanasan global telah menjadi isu besar di dunia. Mencairnya es kutub utara dan kutub selatan yang akan menyebabkan kepunahan habitat di sana merupakan bukti lain dari pemanasan global.
Pemanasan global disebabkan kegiatan manusia yang mengasilkan emisi gas sulfur dioksida (SO2) dan gas-gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2) biasa berasal dari industri, kendaraan bermotor, pembangkit listrik bahkan penggunaan listrik secara berlebihan. Efek rumah kaca terjadi akibat gas rumah kaca yang terkumpul di atmosfer membentuk selubung yang menghalangi radiasi panas matahari yang dipantulkan bumi tidak dapat lepas ke atmosfer.
Karena itu yang harus dilakukan untuk mengatasi ancaman pemanasan global adalah melakukan mulai dari hal yang kecil seperti membuang sampah pada tempatnya, menghemat penggunaan energi listrik, mengurangi penggunaan kendaraan pribadi serta menguji emisi kendaraan, dan menghentikan penebangan dan pembakaran hutan.
Alternatif lain adalah menggunakan energi terbarukan seperti matahari, air dan angin yang lebih ramah lingkungan.
Pengaruh buruk pemanasan global ternyata jauh lebih parah dari semua

 perkiraan berdasarkan asumsi yang terukur saat ini. Kerusakan yang dapat ditimbulkan akibat naiknya suhu Bumi dalam seabad ke depan mungkin sangat buruk.
Profesor Chris Field yang menjadi penulis utama laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) tahun 2007 tentang perubahan iklim mengatakan hal tersebut dalam konferensi sains di Chicago, Sabtu (14/2) waktu setempat. Ia mengatakan, prediksi yang dibuat selama ini belum melihat dampak terburuk.
“Kita sekarang jelas menghadapi perubahan iklim di masa depan yang jauh di atas perkiraan yang diusulkan dalam kebijakan iklim,” ujar Field. Misalnya, laporan tahun 2007 yang memperkirakan kenaikan suhu antara 1,1 hingga 6,4 derajat celsius dalam 100 tahun ke depan.
Menurutnya, perkiraan tersebut masih mengabaikan berbagai masalah yang sebanarnya turut memengaruhinya. Ia mengatakan, kenaikan suhu bergerak lebih cepat dan dampaknya bakal lebih buruk.
Temperatur yang meninggi menyebabkan hutan basah di kawasan tropis mengering sehingga lebih mudah terbakar. Selain itu, suhu tinggi juga mempercepat pencairan permafrost, kandungan es dalam tanah dekat kutub. Hal tersebut turut mempercepat kenaikan kadar gas rumah kaca di atmosfer sehingga mempercepat laju pemanasan global.
“Tanpa upaya yang efektif, perubahan iklim semakin besar dan semakin sulit diduga,” ujar Field.



Pengamatan yang dilakukan oleh para ahli menemukan bahwa es di Antartika atau Kutub Selatan banyak yang sudah meleleh. Jika hal itu terus menerus terjadi kemungkinan planet bumi ini akan tertimpa banjir besar karena naiknya permukaan air laut.
Gunung es di bagian barat Antartika memang akan runtuh secara periodik sejak 3-5 juta tahun lalu karena perubahan iklim. Selain itu, gelombang laut yang tingginya mencapai 4 meter, dan pergerakan lapisan es memicu runtuhnya gunung-gunung es.“Runtuhnya gunung es pada zaman sebelumnya membuat para peneliti percaya bahwa ada pecahan dari gunung es Antartika bagian Selatan,” kata Tim Naish, kepala pusat penelitian Antartika di Universitas Victoria New Zealand.
Dalam beberapa tahun ini, peneliti mengamati beberapa gunung es mulai runtuh dalam potongan besar. Runtuhnya gunung es secara besar-besaran di bagian Antartika Barat memang tidak terjadi dalam waktu dekat. Mungkin beberapa ribu tahun dari sekarang. Tetapi, saat ini gejalanya sudah mulai terlihat.“Iklim di sekitar Antartika Barat memang lebih cepat panas dibandingkan tempat lain di dunia,” kata Naish.
Jika suhu di Antartika mencapai sembilan derajat celcius dan menyebabkan gunung-gunung es meleleh, banjir besar di seluruh bagian bumi akan terjadi pada 2100.“Penelitian ini harusnya menyadarkan masyarakat seluruh dunia untuk segera mengendalikan emisi karbon yang menyebabkan pemanasan global dan membuat gunung es cepat meleleh,” kata Andrew Weaver, peneliti iklim dari Universitas Victoria di Canada.
Para peneliti memperkirakan gunung es di Antartika Barat akan meleleh secara terus menerus setiap 40.000 tahun ketika iklim meningkat lima derajat celcius dan kandungan karbon di atmosfer semakin tinggi.
            Bahaya Paling Mengerikan Dari Global Warming
Bumi kita jadi lebih hangat, hmm… Kedengarannya nyaman ya… Padahal, banyak banget bahaya mengerikan dibalik naiknya suhu rata-rata planet kita ini, walau Cuma 1 derajat celcius. Gas rumah kaca adalah penyebab utama dari suhu bumi yang kian menghangat. 40% dari gas ini adalah hasil pembakaran minyak bumi sebagai sumber utama energi kita. Di samping itu ada gas hasil pembuangan Freon, hasil pembakaran batu bara, dll.
Kekeringan
Perubahan iklim dapat menyebabkan musim kemarau berkepanjangan. Kalau kekeringan sampai terjadi, jutaan orang terancam kelaparan. Jika pengrusakan nggak dihentikan/dikurangi, pada tahun 2030 akan terjadi perubahan iklim global dengan suhu bumi naik 10C. Ini artinya kenaikan intensitas kekeringan, badai tropis dan angina topan. Kondii tersebut akan mengurangi air sungai sehingga berdampak negatf pada irigasi. Irigasi yang buruk, mempengaruhi lahan pertanian. Petani akan banyak yang gagal panen, sehingga pasokan makanan menjadi langka. Hewan ternak pun otomatis langka juga. Bayangi gimana kalau makanan sampai sulit didapat. Ngeri banget kan?! Kekeringan means no food for us!
Es Mencair
Es Kutub akan mencair dengan kecepatan yang mengerikan. Melelehnya daratan es di Greenland dan lepasnya gunung es dari gletser udah menyumbang sekitar 7% kenaikan permukaan laut dalam setahun ini. Sebuah lempengan es besar di bagian timur Antartica yang bernama Larsen B, meleleh begitu cepat dalam waktu 3 bulan. Hasilnya, 3 hektar area dari es setebal 200 meter dengan total berat 720 miliar ton itu berenang-renang dan mencair di lautan. Nggak heran jika permukaan air laut secara global udah naik 10-20cm dalam seabad terakhir. Yang bakal kena imbasnya duluan, tentunya negara kepulauan seperti Indonesia. Diperkirakan, 72 hektar lahan Jakarta akan tenggelam pada tahun 2030 dan meningkat 160 hektar di tahun 2050. Bercampurnya air es dari kutub dengan air laut yang asin, bukan Cuma akan menenggelamkan plau-pulau dan daratan rendah, tapi juga merusak ekosistem laut.. Jadi kalau saat terjadi kekeringan kita berpikir bisa makan makanan laut, ternyata ikan-ikan bahkan alga pun mungkin udah rusak karena terlalu banyak kadar air tawar dalam habitatnya.
Cuaca ekstrem, badai tropis yang semakin sering, dan pergeseran musim merupakan fenomena terjadinya perubahan iklim. Munculnya fenomena tersebut di Indonesia diakui merupakan indikasi bahwa perubahan iklim memang telah terjadi di Indonesia.
Ketua Program Studi Meteorologi Institut Teknologi Bandung (ITB) Armi Susandi, yang dihubungi Minggu (15/2) di Jakarta, menegaskan, ”Itu sudah merupakan implikasi dari pemanasan global dan merupakan indikasi perubahan iklim.”
Pemanasan global, kata Armi, telah menyebabkan semakin tidak meratanya pola temperatur dan tekanan udara secara spasial (ruang). Perbedaan temperatur terjadi antara daerah subtropis dan daerah tropis, juga di daerah subtropis atau daerah tropis sendiri yang mengakibatkan terjadinya pergerakan udara. Semakin tinggi perbedaan tekanan udara akibat perbedaan temperatur semakin kencang angin yang ditimbulkannya dan dapat melahirkan badai pada lintang tertentu. Perbedaan temperatur yang ekstrem dapat memicu munculnya cuaca ekstrem.
Perhitungan musim tanam dan musim melaut tidak lagi presisi. Bencana pun selalu datang baik pada musim kemarau maupun pada musim hujan.
Terjadinya perubahan iklim ditegaskan dengan hasil analisa yang telah dilakukan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dari pengolahan data yang diambil selama 50 tahun. Kepala Bidang Analisa Klimatologi dan Kualitas Udara BMKG Soetamto, Jumat lalu di Jakarta, mengungkapkan, ”Ini untuk melihat kecenderungan yang ditunjukkan sebagai dampak perubahan iklim.”
Analisis tersebut menghasilkan lima peta kecenderungan periode 1951-2000 yang dikategorikan sebagai dampak perubahan iklim di Indonesia. Peta itu meliputi perubahan panjang musim, permulaan musim hujan, permulaan musim kemarau, curah hujan pada musim hujan, dan curah hujan pada musim kemarau.
Indikasi lainnya adalah meningkatnya intensitas siklon tropis yang menyebabkan gelombang tinggi. ”Siklon tropis di Samudra Hindia rata-rata setiap tahun terjadi 7-8 kali dalam rentang waktu lima bulan dari November sampai Maret. Jarang sekali mengumpul seperti empat siklon Charlotte, Dominic, Ellie, dan Freddy dalam masa kurang dari satu bulan,” kata Mezak Arnold Ratag, dosen Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung, Sabtu.
Empat siklon tropis itu terjadi dalam jangka waktu 28 hari, antara 11 Januari hingga 7 Februari. Akibatnya, terjadi gelombang tinggi di perairan Indonesia, mulai dari perairan di barat Sumatera hingga di sebelah timur Nusa Tenggara.
Dampak perubahan iklim antara lain pulau tenggelam akibat naiknya permukaan air laut karena mencairnya es di kutub, ancaman kekeringan, banjir, ketidakpastian iklim, dan cuaca ekstrem. Kejadian-kejadian itu secara langsung akan mengancam penghasilan dan kehidupan nelayan, masyarakat pesisir, dan petani karena berdampak terhadap menurunnya produktivitas pertanian. Secara nasional, kondisi ini dapat mengganggu ketahanan pangan.

            Perubahan Iklim dan Global Warming, mulailah hidup go green

Iklim. Berubah dimana-mana. Mari bersatu untuk meningkatkan kesadaran, untuk mendidik dan untuk mengilhami orang untuk melakukan sesuatu tentang perubahan iklim dan global warming. Mulailah untuk memulai percakapan tentang adanya ancaman bahwa perubahan iklim memiliki lebih dari saat perbincangan kehidupan sehari-hari.Berlawanan dengan kepercayaan populer, perubahan iklim bukanlah datangnya azab; perubahan iklim bukan sesuatu yang tiba-tiba datang karena kita tinggal didaerah kritis dan kota-kota berhantu. Perubahan iklim bukan sesuatu yang akan terjadi “kepada kita”. Ini semua adalah tentang dunia yang kita tinggal dan bagaimana kita menjalani hidup kita. Perubahan iklim tidak hanya akan menghapus banyak binatang, kehidupan laut, pendidikan dan menghancurkan banyak bangunan dan landmark bersejarah.Selama kemarau panjang banyak kehidupan spesies yang terganggu keseimbangannya. Seperti nyamuk yang tinggal di saluran air, genangan selokan dan umumnya di tempat-tempat yang menjijikkan lainnya yang makin mengurangi populasi capung, katak dan semua serangga yang makan nyamuk.  Kita juga akan melihat peningkatan poison ivy, dan kadar tanah dengan kadar CO2 yang semakin tinggi. Dan ada segudang kekejaman lainnya yang akan terjadi karena perubahan iklim dan efek pemanasan global.Jadi, apa yang dapat kita laukan untuk melakukan sesuatu tentang hal itu? Mengurangi berkendaraan pribadi yang akan membakar satu galon yang menghasilkan gas CO2. Jika Anda bisa, mulailah menggunakan sepeda, atau jika tidak bisa, berkendaraan bersama atau menggunakan kendaraan umum.Mulailah minimalis. Saat ini 33 juta hektar hutan ditebang setiap tahun. So, ketika membeli produk kayu belilah perabotan atau kayu yang disertifikasi tahan lama dan dapat digunakan dalam jangka waktu panjang. Yang perlu Anda lakukan juga adalah melepaskan steker elektronik ketika sedang tidak digunakan dan matikan lampu di kamar saat Anda bepergian. Perangkat elektronik adalah benda yang menyerap banyak energi ketika sedang standbye, jadi mengapa tidak sekalian mencabutnya saja?Beralihlah ke lampu jenis eco-friendly. Menurut EPA, hanya mengganti satu bola lampu pijar di rumah setiap keluarga, warga Indonesia akan menghemat energi yang cukup untuk menyediakan listrik untuk tiga juta rumah. Bayangkan dampak yang Anda dapat miliki jika Anda beralih ke lampu jenis ini.Edukasi diri sendiri. Ada banyak sumber di Internet yang dapat Anda gunakan untuk mendidik diri sendiri tentang perubahan iklim dan apa yang Anda dapat lakukan untuk Anda, keluarga, dan orang lain di seluruh dunia. Mulailah dengan kebiasaan untuk hidup go green untuk mengubah dunia dan memperbaiki iklim agar lebih bersahabat.

Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

0 komentar: on "Perubahan Iklim dan Global Warming, mulailah hidup go green!!!"

Posting Komentar