Pengaruh media elektronik dan berbagai pengaruh dari lingkungan sekitar, semakin membuat anak-anak konsumtif. Padahal, dulu kita selalu diajarkan untuk menabung, mulai hanya di celengan tanah liat hingga kita diperkenalkan pada konsep menabung di bank.
Saat semakin beragamnya kebutuhan hidup dan besarnya pengaruh dari luar keluarga, bagaimanakah kita dapat mengajari anak menabung dan menghargai uang?
Supaya berhasil mengajari anak menabung, sebagai langkah awal orangtua harus memberikan mereka uang saku.
Dengan pemberian uang saku tersebut, orangtua dapat mengajarkan anak bagaimana cara yang baik mengatur pengeluaran, meski jumlah uang saku yang diberikan orangtua tidak harus berhubungan dengan kelakuan mereka saat mengerjakan tugas di rumah, sikap, dan nilai pelajaran sekolah.
Orangtua juga harus mengajarkan ke anak bahwa jumlah uang yang kita punya bergantung kebaikan anak itu sendiri. Namun, bukan berarti juga bahwa dia tidak mau uang saku, dia akan bebas dari pemberian tugas di rumah.
Saat anak usia 5 dan 7 tahun boleh mulai dikasih uang saku. Saat itu anak mulai memiliki rasa ingin tahu terhadap uang dan ingin membeli sesuatu barang. Dengan uang jajan sudah di tangan, anak lama-kelamaan juga akan belajar menabung atau menyisihkan uangnya.
Mereka juga akan berpikir apabila menghabiskan jajannya buat membeli permen, dia tidak akan dapat membeli mainan. Atau ketika dia menabung, dia bisa membeli sesuatu yang lebih mahal.
Untuk anak yang lebih tua dari itu, orangtua harus mengajarkan anak menabung untuk barang-barang kebutuhan pribadinya seperti peralatan olahraga dan pakaian dan biarkan mereka yang memilihnya sendiri. Anak memiliki kebebasan untuk mengatur uangnya sendiri, tetapi orangtua tetap harus memantau.
Memurut pakar finansial Robert T Kiyosaki dalam buku "Rich Kid Smart Kid" mengungkapkan ada cara sederhana melatih anak untuk mengelola uangnya, dengan sistem yang dia sebut tiga buah celengan.
Celengan pertama untuk sumbangan, celengan kedua untuk tabungan, dan yang ketiga untuk investasi. Belilah dompet dan celengan, lanjut dia, yang bisa dibuka tanpa dipecahkan. Celengan untuk tabungan dan dompet untuk uang belanja mereka. Keduanya membantu anak memahami perbedaan konkret antara menabung dan membelanjakan uang.
Biasakan sang anak untuk membuat anggaran jika anak telah berusia di atas 10 tahun, atau bila jumlah tabungannya telah mencukupi, bukalah rekening bank untuk menggantikan celengan. Buka rekening atas namanya untuk menyimpan hasil tabungan tersebut.
Saat membuka rekening bank, biarkan anak yang melakukan pengisian slip atau belajar berbicara dengan petugas bank, tentunya dengan bantuan dan pengawasan Anda. Hal ini untuk membangun rasa percaya diri anak dan memberinya pengalaman perbankan yang konkret. Izinkan juga anak untuk membeli suatu barang yang dia idam-idamkan dengan sebagian uang tabungannya. Ini akan memberi rasa puas dan melatih mencegah pembelian spontan pada anak.
Sementara uang sumbangan akan menumbuhkan rasa keseimbangan dalam diri mereka dalam hal uang, membangun hubungan dengan sesama, sehingga anak akan tumbuh menjadi pribadi yang penuh kasih.
Anak juga perlu dilatih untuk menjadi pembeli yang bijaksana. Jangan selalu memutuskan segala sesuatunya bagi anak. Sesekali, biarkan mereka membuat keputusan sendiri dalam membeli barang yang diinginkan. Selain itu, berikanlah contoh yang baik dalam membelanjakan uang yang bisa ditiru anak dan jadikanlah konsumen yang bijaksana.
Orangtua juga mesti menetapkan batas jumlah uang yang boleh dibelanjakan. Biasakan untuk membuat daftar belanja atau menentukan barang yang akan dibeli sebelum pergi ke toko. Carilah waktu yang tepat untuk berdiskusi membahas hubungan serta perbandingan antara harga dan kualitas, dan informasi lain mengenai barang yang dia inginkan.
Kebiasaan mengasah kecerdasan finansial anak ini diperlukan agar anak belajar mandiri, membuat pilihan, mengetahui cara menetapkan dan mencapai sasaran, serta bertanggung jawab secara finansial. Selain itu dapat mengembangkan nilai positif yang kuat mengenai uang, juga menyadari bahwa uang bukanlah tujuan akhir melainkan hanya alat untuk mencapai sasaran yang lebih penting.
Dengan begitu, anak juga belajar tentang kebiasaan uang yang konsisten dan keterampilan finansial yang berguna. Misalnya cara menabung, menjadi konsumen yang bijak, menentukan sasaran finansial, mematuhi anggaran, dan mengelola uang.
Selain itu, anak juga akan memiliki keyakinan diri yang besar untuk membuat pilihan dan keputusan finansial sendiri, mempererat hubungan antara orang tua dan anak, karena dalam proses pelatihan ini, keduanya akan banyak berdiskusi dan berinteraksi.
Dalam jangka panjang, ini juga akan menyelamatkan orangtua, karena dapat menabung dan menikmati hari tua sebab anak telah mandiri secara finansial.
0 komentar: on "Mendidik Kecerdasan Finansial"
Posting Komentar